Surat Mama Fernanda Buat Anita





Mama Fernanda Da Silva (38 thn) adalah salah satu keluarga dari 25 kepala keluarga 76 jiwa yang pulang ke Suai Timor Leste pada tanggal 31 Januari 2011 dari kamp Namfalus Kobalima –Timor Barat Indonesia. Ia pulang bersama kedua anaknya Anita Da Silva  dan Leonardus Da Silva , anak pertamanya bernama Bete sudah kembali ke Timor Leste pada tahun 2009 lalu dan anaknya yang benama Ajuli memilih untuk belum kembali karena masih mau menyelesaikan SMA nya dulu, singkatnya Mama Fernanda mempunyai 4 orang anak dua laki-laki dan dua perempuan. Suaminya saat tahun 1999 tidak ikut mengungsi ke Timor Barat, suaminya tetap  di wilayah Timor Leste waktu itu dan menurut informasi mama Fernanda  suaminya sudah meninggal. Saat berada di tempat pengungsian selama 11 tahun mama Fernanda tinggal bersama anaknya dan dia sendiri yang membiayai anaknya  Anita (SMP) dan Ajuli (SMA) bersekolah. Selain itu mama nya Fernanda juga tingal di tempat pengungsian hanya jarak mereka  berjauhan sekitar 10 km lebih.

Singkat cerita ,  pada bulan Oktober 2010 ketika data warga eks pengungsi Timor-Timur yang ingin pulang saya terima dari pemerintah kabupaten Belu lewat KESBANGPOLINMAS saya melihat ada 32 kepala keluarga dalam daftar itu  yang ingin pulang ke Timor Leste. Dari data itu Saya dan kawan-kawan melakukan verifikasi salama tiga kali di lapangan untuk memastikan bahwa betul kalau ada warga yang ingin pulang. Dalam verifikasi itu kami melakukan wawancara, foto, serta melakukan konsulidasi dengn instasi terkait untuk mengurus  dokumen mereka, Hasilnya adalah dari 32 Kepala Keluarga itu yang menyatakan siap untuk pulang adalah 28 kepala keluarga 81 jiwa.

Saat verifikasi itu lah saya bertemu dengan mama Fernanda , saya mewancara dia: “ Hau atu fila tan Hau nia oan pertama ne iha ne ba ona, depois iha ne’e mos hau rai lai iha atu serviso to’os. Hau mesak deit feto tan. Hau la mampu ona atu selu oan sira eskolah, ida ajuli ne’e agora hela ho nia avo husik ba nia avo mak fo eskolah nia  deit  sira seluk ne’e biar to’o iha Timor mak eskolah, iha neba kan familya barak”(saya mau pulang karena anak pertama saya sudah di sana, kemudian di sini juga tidak ada tanah untuk berkebun, saya perempuan lagi. Saya tidak mampu lagi membiayai anak sekolah , anak  yang Ajuli itu sekarang tinggal dengan neneknya ,biar neneknya yang menyekolahkan dia, yang lain sampai di Timor baru sekolah karena di sana banyak keluarga”)! kata mama Fernanda pada saya.

Saya menundukan kepala sejenak, sepertinya saya kenal sebelumnya dengan ibu ini. Maklum dulu saya dengan keluarga pernah tinggal di Suai Timor –Timur selama 6 tahun, saya menamatkan SMP di Suai tahun 1994. Lama saya berdiam diri dan kemudian kami bercerita panjang , usut punya usut ternyata mama Fernanda ini adalah anak sarani (permandian) dari mama saya sendiri waktu di suai, waahhhh.... sungguh tak kuduga bisa ketemu lagi sama dia, saya ketemuan terakhir sama mama Fernanda pada tahun 1994 di Suai, ketika saya melanjutkan study di Atambua dan baru bertemu kembali saat ini. Kami berpelukan saat itu , mama Fernanda menangis dalam pelukan itu , saya juga menitikan air mata,  dia menanyakan kabar mama saya dan saya bilang semua nya baik-baik saja, Ia tidak menyangka kalau yang mengurus proses repatriasi ini adalah saya. Saya hanya kenal anaknya yang pertama bernama Bete yang lain saya tidak kenal. Wahhh....sangat tidak kuduga hampir 17 tahun kami baru bertemu kembali, warga lain yang hadir di saat itu juga heran melihat kami.

Mama Fernanda sudah tekad untuk pulang ke tanah kelahirannya bersama kedua anaknya Anita dan Leonardus, keputusan yang Ia ambil adalah keputusan nya sendiri dan sudah di petimbangkan matang-matang.

Pagi itu senin 31 Januari 2011, adalah hari yang di tunggu warga eks Pengungsi Timor-Timur , karena hari itu adalah hari keberangkatan mereka  temasuk di dalamnya mama Fenanda. Hal yang tidak di duga tiba-tiba terjadi, Anita anak Ke-3 nya tiba-tiba membatalkan untuk  ikut pulang . Mama Fernanda terpukul ,tak kuasa menahan air mata nya ia tidak bisa buat apa-apa , alasanya adalah Anita tidak ingin berpisah dengan Ajuli kaka keduanya yang kini tinggal dengan neneknya di Kada Kobalima . Keputusan Anita yang mendadak ini  membuat mamanya sangat terpukul, mama Fernanda hampir pingsan, saya yang ada  di tempat itu berusaha untuk menguatkan nya bahwa keputusan Anita itu adalah haknya nya ,dia masih ingin bersama kakanya tinggal di Indonesia pasti suatu saat dia juga memikirkan untuk pulang.

Dengan penuh air mata mama Fernanda mengatakan “Oan O la hatena susar mak hau sinti, iha ne’e hau moris  terus ,hau la koi O terus iha ne. Tan ne’e hau hakarak O fila ho hau ba Timor Leste  hamutuk ho o nia bin bot iha neba, ha mak fo eskolah O, nusa O la koi fila ho hau......?”  (anak, kamu tidak tahu kesusahan yang saya rasakan, di sini saya hidup menderita, saya tidak mau kamu menderita di sini. Karena itu saya ingin kamu dan saya kembali ke Timor Leste dan bisa bersama dengan kakan perempuanmu di sana. Saya yang menyekolahkan mu , tapi mengapa kamu tidak mau pulang bersama saya...?”)

Saya coba mendekati untuk memberikan penguatan pada mama Fernanda, dan dengan  rasa sedih yang mendalam mama Fernanda menerima permintaan Anita untuk tinggal di Indonesia. Karena saat itu Anita sudah pulang ke rumah neneknya maka mama Fernanda menuliskan sepucuk surat , dan surat di berikan kepada saya untuk di berikan pada Anita, dalam surat itu mama Fernanda hanya memesan pada anaknya :
Buat Anita
Yang tidak peduli dengan mama......
Mama hanya ingin menyampaikan jaga diri kamu baik-baik,   kalau tejadi apa-apa dengan kamu   jangan salahkan  mama
Ajuli, jaga adik mu (anita) baik-baik....................

Sepenggal kalimat dalam  surat ini yang saya lihat saat mama Fernanda menuliskanya dengan meneteksan air mata. Dia tetap memilih pulang ke tanah kelahiran  dengan seorang anak laki-laki yang bungsu bernama Leonardus Da Silva , ketika di pos imigrasi Indonesia  nama Anita Da Silva di coret oleh petugas karena batal pulang.  Saya masih sempat mengantar mama Fernanda  ke pintu gerbang perbatasan Motamasin Indonesia-Timor Leste , kami berpisah di saat itu dan selanjutnya mereka di tangani oleh teman-teman sukarelawan dari Timor Leste ,  Polisi Timor Leste dan polisi PBB untuk di antar ke rumahnya.

Selamat jalan mama Fernanda Da Silva beserta keluarga lainnya, semoga kalian bisa menemukan kedamain dan hidup yang layak di tanah kelahiran sendiri.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk di ketahui teman-teman semua, tanggal 31 Januari 2011 itu yang kembali ke Suai Timor Leste berjumlah 25 kk, 67 jiwa(4 jiwa batal pulang ). Dari data awal 28 kk, 81 jiwa. Dan 3 kk ,10 jiwa memutuskan pulang terlebih dahulu sebelum Hari Natal 2010








menangis saat menulis surat buat anaknya
mama fernanda saat menulis surat buat anaknya Anita
di pintu gerbang perbatasan motamasin
truk yang membawa keluarga 25 kk 67 jiwa kembali ke Timor Leste -Suai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiga Hari “Visita” Timor Leste

Perjalanan 5 keluarga 12 jiwa eks Pengungsi Timor-Timur kembali ke Dilor Viqueque -Timor leste

Mengintip Perbatasan Dihari Kemerdekaan “Merdeka Dulu Dan Sekarang”