Hujan Sepanjang Malam, Banjir Di Pagi Hari. Dari Kos Sampai Kantor
Berdiri diantara lapangan gereja dan depan Kantor |
Anato Moreira
“We ada sms dari nomor
baru ini, bilang di kita punk kantor air su masuk, bilang tinggal lima centimeter lagi
air su masuk ke kantor” kata Om Leo, salah satu staf Community Mobilizer ACTED
yang bekerja di Betun dengan isu Kebencanaan saat masih di Kos Cintai Damai.
Hari ini, Jumat 21 Juni 2013, di wilayah Malaka khususnya di
Betun dari malam hingga pagi hujan lebat mengguyur daerah ini. Entah karena
perubahan cuaca atau memang di wiliayah ini memasuki musim hujan kedua. Goyangan
pepohonan seperti menari- manari
mengikuti arah angin yang berhembus. Dinginnya pagi itu membuat beberapa
penghuni kos Cintai Damai , termasuk saya bermalas-malasan untuk bangun pagi.
Apalagi kalau hujan di pagi hari memang membuat tubuh ini sangat lekat dengan
tampat tidur, hhuuuzzfzfzfzfzfz......????!!!!!!!
Wah,, setelah lewat 30 menit kos bagian sebelahnya hampir kemasukan air hujan yang
sudah pada numpuk di bagian saluran kecil depannya.
“Itu tersumbat tuh”! teriak saya yang disertai derasnya hujan, entah didengar apa tidak , namun Om Leo sudang membekali diri
dengan sebuah payung berwarna-warni
untuk membersikan saluran air yang ersumbat di depan kamar kos. Om Leo,
mempunyai kamar deretan kedua dari urutan
nomor satu, diamana arah kamar tersebut
yang hampir kemasukan air, kebetulan dia sekamar dengan Silvester Ndaparoka.
Om Leo adalah bawahan dari Silvester
Ndaparoka. Dua-duanya bekerja sebagai staf ACTED dengan posisi yang berbeda, Silvester sebagai Capacity Building Manager
yang juga sebagai koordinator Community Mobilizer yang salah satu stafnya
adalah Om Leo.
Syukurlah karena om Leo cepat tanggap, ini yang namanya
tanggap cepat karena sudah memasuki status siaga ala Om Leo, walau sederhana
namun berhasil. Air dari saluruan yang mana hampir masuk ke kamar-kamar tidak
berhasil. Obrigado eh Om Leo.....:-)
Karena hujan yang makin deras, dan beberapa teman yang lain
sudah pergi ke kantor yang sudah di tunggu oleh Om Roni, sopir mobil kantor “Hi Lux Double Cabin” berwarna hitam. Hari ini
kami berkantor sedikit terlambat. “ah, ini kan sedikit kejadian bencana, jadi
kalau walau terlambat pun tidak apa-apalah”
guman saya dalam hati.
Saya pun lekas mandi dan bersiap-siap ke kantor dengan menggunakan motor dan dan memakai
mantel hujan berwarna biru. Saat baru keluar dari gerbang kos Cintai Damai,
saya melihat rendaman air hujan sudah penuh di jalan raya, beberapa pemilik rumah penduduk, warung ,salon yang kios
sedang bekerja ekstra keras untuk
mengeluarkan, membersihkan dan menahan
air yang telah masuk ke rumah mereka.
Saya pun hati- hati mengendarai motor, nampaknya air yang
tergenang di jalan raya sudah mencapai
setengah ban motor atau setara dengan kenal pot motor. “Wao ini bahanya ini,
sepertinya di kantor sudah kemasukan air lewat seloka yang meluap” pikir saya
sambil tetap pada konsentrasi mengemudi
motor. Sepanjang perjalan ke
kantor air tergenang dimana-mana.
Seperti danau
kecil yang tidak bisa menampung lagi air
dan meluapkan airnya. Itulah yang terjadi di kantor kami. Saluran yang sudah
tersumbat sehingga tidak melancarkan aliran air ke kali kecil di dekat Hotel
Ramayan. Sekilas saya melihat air sudah setarah dengan teras depan kantor.
Nampak beberapa teman seperti Pauline, Mintho dan Meldus, tiga-tiganya
adalah staf ACTED yang sedang berdiri didepan kantor.
“Om Nato motor parkir di luar sa, karna kayu penahan di saluran
su lepas tuh “ kata Pauline dan Mintho.
Mintho yang menggunakan mantel hujan berwarna kuning, ibarat seorang
petugas dari Dinas Kebersihan. Selang
beberapa kemudian, Pak Benoit keluar dari ruangannya dan memandang keluar
kearah saya yang baru datang.
Benoit Gerfaul, adalah Area Koordinator Untuk kantor ACTED
di Betun, beliau berasal dari Prancis, tinggi badan hampir setara dengan tinggi
kosen pintu kantor.
Saya masuk kedalam kantor dan menuju kebelakang, ternyata
kursi sofa dan barang-barang kantor yang rentan terhadap air telah di naikan
keatas meja, termasuk CPU komputer dan motor-motor kantor juga di naikan ke atas
teras.
Di garasi motor air
tergenang setinggi betis orang
dewasa. Ini pertama kali sejak banjir tahun 2000, air tergenang dan masuk ke sebagian rumah-rumah penduduk. Biasa yang
sering kali kita dengar dan lihat adalah banjir di
Besikama.
Selang beberapa menit kemudian, teman-teman kantor mulai
berdatangan ke kantor, baik itu dari
Staf CIS Timor dan ACTED. Masing masing dengan kesibukan nya menelpon orang di
desa-desa wilayah kerja sekedar untuk mengetahui situasi. Yang lain nampak
berbincang-bincang dengan Satpam kantor, dan kawan lain.
ACTED , adalah satu lembaga internasional yang berasal dari
Prancis yang konsen juga dengan isu bencana di Nusa Tenggara Timur, mereka membuka kantor
cabangya di Betun, kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Belu. Wilayah ini yang
baru mekar dengan sebutan Malaka dari
kabupaten Belu.
ACTED sendiri memilih CIS Timor sebagai mitra kerjanya di
NTT. Dengan isu “Meningkatkan akses Informasi Kebencanaan untuk mengurangi Risiko
bencana” dimana akan mendirikan satu Radio Komunitas dengan isu bencana. Radio Komunitas ini berfungsi untuk
meningkatkan akses informasi kebencanaan terhadap masyarakat Malaka Tengah dan
Malaka Barat sebagai wilayah sasaran Program.
Tulisan ini, sengaja saya menulis, karena terinspirasi dengan kejadian banjir singkat yang terjadi hari ini , jumat 21 Juni 2013 di Betun. Yang pertama adalah soal kerusakan hutan yang
sudah sangat parah atau gundul, sehingga tanaman pohon tidak bisa menangkap dan
meresapkan air hujan , akibatnya air mengalir deras dari pegunungan menuju
wilayah dataran rendah. Pemerintah harus tegas dan mencari solusi bagi warga
yang berkebun diatas hutan lindung , dimana hutan tersebut masuk dalam kawasan
hutan lindung.
Kita tidak bisa mempermasalahkan warga yang berkebun di
hutan itu, karena itu akan kompleks sekali persoalannya, yang kita kejar
adalah bagaimana hutan itu bisa di
hijaukan lagi, dan bagaimana solusinya bagi warga yang berkebun di hutan itu.
Yang kedua adalah, kesadaran warga untuk membersikan selokan
atau saluran air yang telah dibangun
oleh pemerintah, salah satu penyebab banjir di Betun itu karena tersumbatnya hampir semua saluran air, wah kalau begini
setiap kali hujan pasti akan meluap lagi dong...!
Sekali lagi, banjir yang terjadi di Betun secara singkat ini, karena gundulnya hutan dan , saluran air
yang tidak dijaga dengan baik sehingga terjadi sumbatan dimana-mana. Jadi bukan banjir dari luapan sungai Benenai.
Komentar
Posting Komentar